STTKD Hadiri Indonesia Higher Education(IHE) Chief Information Officer (CIO) Forum

STTKD menghadiri Acara Indonesia Higher Education CIO Forum yang diselenggaarakan di UII pada 17 Juli 2019 yang diwakili oleh CIO Bidang Teknologi Informasi STTKD. Penyelenggaraan IHE CIO Forum 2019 juga diisi paparan dari Prof Dr Didi Achjari SE MCom Akt CA (Ketua LLDikti Wilayah V DIY), Fathul Wahid ST MSc PhD (Rektor UII ), Mukhammad Andri Setiawan Ph.D (CIO UII), Nutanix, Ruckus, dan Lintasarta. Sementara pada sesi lightning talk diisi oleh Arif Kurniawan, S.T. (UNY), Adi Kusuma dari Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Achmad Basuki dari Indonesian Research and Education Network (IdREN).

Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.com., Akt., C.A., mengatakan perkembangan teknologi yang masif harus mampu dimaksimalkan dengan baik oleh perguruan tinggi, sehingga mampu membantu percepatan di dalam perkembangan setiap perguruan tinggi. Karena tidak semua perguruan tinggi menyadari peran teknologi dan informasi. “Kebanyakan perguruan tinggi mungkin melihat teknologi hanya sebagai alat untuk membantu efisiensi tapi tidak sebagai penambah nilai,” ungkap Didi Achjari. Didi Achjari mengatakan CIO memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan perguruan tinggi melalui teknologi. Pasalnya tidak hanya sekadar menguasai teknologi saja, CIO juga perlu memiliki kemampuan memimpin, mengukur dan meningkatkan hasil, membuat strategi dan mengatur sumber-sumber daya yang ada. “Dengan tuntutan kemampuan yang banyak inilah perlunya forum seperti IHE CIO ini agar para pimpinan perguruan tinggi dapat saling berbagi ilmu bahkan sumber daya agar mampu menciptakan suatu sistem yang berbasis teknologi guna kemajuan perguruan tinggi secara merata,” katanya.

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., mengatakan sudah saatnya untuk mengembangkan pola berpikir dalam menyelesaikan masalah. Selama ini pola berpikir masyarakat adalah deduktif thinking dimana sudut pandang berawal dari suatu masalah. “Masalah itu terkadang tersembunyi tidak muncul dipermukaan. Sehingga ketika kita tidak menemukan masalah justru itu masalah terbesar,”. Fathul Wahid mengajak peserta forum untuk berpikir secara induktif. Di tengah disruptif perkembangan teknologi saat ini dapat digali potensi yang ada sehingga potensi itu dapat dikembangkan ke arah mana. “Misalnya pada akhir 90-an tidak ada orang yang berdemonstrasi meminta hadirnya layanan sms namun pada akhirnya layanan sms itu ada. Lalu kenapa? Ini dikarenakan para penyedia layanan menyadari bahwa jalur komunikasi itu masih menganggur dan terus berkembang lagi hingga munculnya internet,” lanjut Fathul Wahid. Berharap melalui forum ini peserta termasuk pembicara dapat belanja ide. Sehingga ide yang diperoleh dapat diimplementasikan dalam bentuk solusi terhadap permasalahan saat ini. “Harapannya peserta dapat belanja ide setelah itu dibawa pulang, direbus dan diimplementasikan pada berbagai permasalahan,” tambahnya.

Mukhammad Andri Setiawan, Ph.D., selaku Kepala Badan Sistem Informasi (BSI) UII. Dalam materinya, Andri Setiawan mengatakan pengelolaan teknologi informasi dewasa ini masih sering menjadi kendala para pimpinan di lingkungan pendidikan tinggi. Kendala tersebut terutama pada segi pengorganisasian layanan agar sejalan dengan misi dan tujuan strategis institusi pendidikan tinggi. “Seharusnya perguruan tinggi dapat memaksimalkan perkembangan teknologi untuk mencapai visi dan misinya. Sehingga perlunya implementasi yang sesuai agar visi dan misi perguruan tinggi tercapai,” ungkapnya.

Sejauh ini, hanya sebagian kecil universitas telah menjalankan praktik-praktik terbaik dalam mengelola teknologi informasi, dan menjadikannya sebagai instrumen strategis untuk bersaing dan meningkatkan kualitas. Sebagian besar yang lain masih menganggapnya sebagai instrumen pendukung operasional dengan manfaat yang marginal. Kapasitas personel teknologi informasi dan dukungan kebijakan institusi yang beragam adalah beberapa sebab yang terindentifikasi. “Perubahan mendasar dibutuhkan untuk memberikan pelayanan teknologi informasi yang lebih baik. Pergeseran layanan teknologi informasi sebagai “sekedar” unit pelaksana teknis, atau fokus hanya pada manajemen teknologi menjadi manajemen layanan menuntut perubahan yang drastis pula,” ujarnya.

Perkembangan teknologi informasi saat ini mengalami perubahan yang kian masif. Tren digitalisasi atau yang sering disebut revolusi industri 4.0 di berbagai sektor tak terkecuali di sektor pendidikan tinggi. Terkini, kebutuhan untuk memahami solusi teknologi informasi bagi pendidikan tinggi menjadi sebuah keharusan guna meningkatkan kualitas dari perguruan tinggi itu sendiri.

source : uii